Awalnya,
istilah “ideologi” dimaksudkan oleh penciptanya. Destrut de Tracy (1796) dkk,
sebagai “Ilmu ide” yang diharapkan mampu membawa perubahan institusional, mulai
dari pembaharuan menyeluruh atas sekolah-sekolah di prancis. Tracy memberikan
definisi ideologi adalah suatu sistem ide, yang mencoba melepaskan diri dari
hal-hal metafisis. Para ideolog untuk kurun waktu tertentu menikmati posisi
pembuat kebijakan dalam kelas II (ilmu-ilmu moral dan politik) di Institut
nasional. Tetapi pertentangan dengan napoleon, menyebabkan Napoleon Banaparte
(penuh mistik) berusaha untuk menghapus usaha pembaharuan dalam institut
(1802-1803). Ia memecat anggota-anggotanya sebagai tukang khayal tak berguna
dan membuat mereka sebagai bahan cemoohan. Ideologi juga bisa diartikan sebagai
seperangkat sistem dan tata nilai dari berbagai kesepakatan-kesepakatan, yang
harus ditaati dalam sebuah kelompok sosial. Ideologi adalah motivasi bagi
praksis sosial yang memberikan pembenaran dan mendorong suatu tindakan.
Ideologi mendorong untuk menunjukkan bahwa kelompok sosial yang diyakininya
mempunyai alasan untuk ada.
Dalam sejarah pertarungan sosial dan politik dunia, ideologi juga tidak jarang
banyak mengorbankan ribuan bahkan jutaan nyawa demi sebuah perjuangan membela
ideologi. Apalagi kalau ideologi sudah masuk pada ranah politik dan kekuasaan.
Demi sebuah ideologi, 600.000 orang tewas karena terlibat (atau tertuduh)
sebagai PKI dalam aksi “balas dendam” yang legal sehabis tragedi 30 September
1965 di Indonesia. Kemunculan tiga arus besar ideologi dunia (baca:
kapitalisme, sosialisme-komunisme, dan fasisme) serta perkembangan dahsyat
gerakan sosial dan ilmu pengetahuan yang diikuti oleh munculnya teori-teori
baru beserta prediksi-prediksi ilmiah mau tidak mau menyeret wacana ideologi
dalam perbincangan hangat di kalangan kaum intelektual. Tapi menjadi agak
mustahil membincangkan ideologi dalam kerangka konseptualnya tanpa memahami
lebih dahulu bagaimana sejarah yang telah menyusunnya. Dengan pelan-pelan meski
sangat sederhana, mari kita membuka catatan-catan sejarah itu.
A.
KAPITALISME
Karl Marx membagi perkembangan umat manusia dalam analisis prediktifnya dari
mulai masyarakat Primitif/Tradisional ke Feodal ke Kapitalis ke
Sosialis/Komunis. Akan tetapi dalam gerak laju sejarahnya, ternyata analisisnya
Karl Marx meleset. Hingga hari ini ternyata kemenangan dari semua ideologi
dunia adalah Kapitalisme Liberal (Baca: Francis Fukuyama). Awal munculnya
kapitalisme, yang fenomena historisnya ditemukan oleh Karl Marx kemudian
menjadi sebuah sistem dunia, dapat dilacak dari terjadinya transisi historis
zaman feodalisme. tepatnya pada akhir abad XIV awal abad XV ketika orang-orang
Eropa berhasil mengatasi persoalan hambatan geografis. Solusi dari hambatan
geografis diatas berawal dari ditemukannya kompas sebagai penunjuk arah dan
berkembangnya pengetahuan kelautan. kolaborasi dari dua penemuan baru tersebut
membuat watak ekspansionis bangsa Eropa menemukan momentum dan ruang geraknya.
Sejak saat itulah penaklukan dunia yang fenomena historisnya berbentuk
imperialisme-kolonialisme di berbagai belahan dunia oleh bangsa Eropa dimulai.
Bangsa Eropa datang kebeberapa benua dunia diantaranya benua Amerika, Afrika,
Asia sebagai penakluk untuk mengeruk kekayaan alamnya, memperbudak penduduk
asalnya sekaligus mengumumkan pengukuhan dirinya sebagai ras yang paling unggul
dari ras dan bangsa-bangsa lain. Ajarannya adalah manusia berbudaya adalah
orang-orang kulit putih dari Eropa, sedangkan diluar orang-orang berkulit putih
Eropa adalah manusia-manusia barbar yang biadab.
Sejak saat itu pula hierarkhis-dikotomis kebudayaan mulai ditancapkan dalam
benak manusia dunia. bahwa hanya orang kulit putihlah yang paling unggul dan
harus ditiru, yang dikemudian waktu klaim ini membuat motivasi tersendiri bagi
mereka untuk melakukan praktek imperialisme-kolonialisme tidak hanya terbatas
dalam ruang ekonomi-politik, akan tetapi lebih jauh dari itu adalah penjajahan
cultur dan kebudayaan masyarakat terjajah untuk diseragamkan dengan budaya
orang kulit putih. Atas dasar itulah, tidak salah kalau dikatakan bahwa
munculnya kapitalisme sebagai suatu sistem dunia pararel atau beriringan dengan
dimulainya praktek imperialisme-kolonialisme jagad raya. Dan dari
imperialisme-kolonialisme inilah akumulasi modal mulai terkonsentrasi di
berbagai belahan wilayah Eropa, terutama di Inggris.
Dudly Dillard, secara kronologis membagi sejarah muncul dan perkembangan
kapitalisme, terutama kapitalisme industrial, menjadi tiga fase perkembangan,
yakni kapitalisme fase awal ( 1500-1750), kapitalisme fase klasik ( 1750-1914)
dan kapitalisme fase lanjut (1914-1945). Memang harus diakui bahwa tidak ada
kesepakatan oleh para ahli mengenai definisi kapitalisme, akan tetapi mereka
umumnya sepakat bahwa kapitalisme adalah satu sistem ekonomi yang berlandaskan
pada filsafat individualisme-liberalisme yang memiliki implikasi kebebasan
manusia untuk mengekploitasi apapun yang dapat menguntungkan individu tersebut.
Pertama, Kapitalisme Awal atau Kapitalisme Merkantilismes (1500-1750), yaitu
kapitalisme yang bertumpu pada industri sandang di Inggris. Kapitalisme pada
masa ini masih sangat sederhana. yaitu ditandai dengan praktek permintalan
benang yang masih mengunakan masinal (mechine) sederhana. Sementara kebutuhan
produksi disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Pada abad XVI industri sandang
dibeberapa pedesaan di Inggris mengalami perkembangan produksi yang sangat
pesat. Pemasukan keuangan negara yang pada awalnya hanya berasal dari pajak
rakyat mulai bertambah dengan pendayagunaan surplus sosial (semacam tabungan
sosial dari beberapa pabrik sandang).
Dari pemakaian sistem inilah, kapitalisme semakin menempati posisi yang aman
dari kontestasinya dengan sistem ekonomi sebelumnya. Kalau pada sistem ekonomi
yang diterapkan sebelum sistem kapitalisme, dana surplus sosial selalu
digunakan untuk membuat tanda-tanda kejayaan suatu masa dengan membangun
piramida-piramida atau katedral-katedral sebagai lambang kemegahan dan
kejayaannya, maka ketika sistem kapitalis ini dipakai, dana yang awalnya
dipakai untuk hal-hal diatas dialihkan untuk membuat infrastruktur dan supra struktur
baru dalam bidang ekonomi seperti membangun usaha perkapalan, pergudangan,
persiapan dan penyediaanbahan-bahan mentah, dan berbagai bentuk penanaman modal
lainnya. dengan demikian, surplus sosial yang pada awalnya selalu habis bahkan
defisit, berubah menjadi perluasan kapasitas produksi.
Ada sekian banyak momentum penting yang membuka peluang perkembangan
kapitalisme menjadi semakin tak terbendung. mulusnya perkembangan kapitalisme
di atas tidak bisa dilepaskan dari beberapa momentum-momentum penting yang
menjadikan perkembanagn kapitalisme berjalan mulus antara lain, Pertama,
munculnya gerakan perlawanan (protestanisme) dari kaum calvinis yang dipimpin
oleh Marlin Luther King terhadap hegemoni doktrin gereja katolik mengenai
kehidupan didunia. Kedua, penemuan logam-logam mulia dari dunia baru (koloni)
untuk kemudian dipakai sebagai alat transaksi yang distandarisasi. dan terakhir
adalah kuatnya back up dari kekuasaan saat itu. dari sinilah kemudian,
perkembangan kapitalisme seakan tidak mengalami hambatan yang berarti.
Kedua adalah Kapitalisme Fase Klasik (1750-1914). Fase ini ditandai dengan
bergesernya sistem pembangunan kapitalisme dari sistem perdagangan
(merkantilisme) ke sistem industri, tepatnya ketika terjadi revolusi industri
di Inggris yang kemudian menjadikan masa ini sebagai masa transisi dari
dominasi modal perdagangan ke dominasi modal industri. Perubahan sistem ini
dilatarbelakangi oleh perkembangan baru dalam keilmuan manajemen-organisasi dan
penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi. dengan latarbelakang diatas
itulah, laju kapitalisme semakin tidak terbendung karena sistem produksi yang
pada masa kapitalisme awal hanya ditopang oleh infra struktur dan supra
struktur yang sederhana, maka pada fase ini sudah mulai memakai sistem modern
dengan didukung oleh industri yang berbasis tekhnologi maju.
Dalam bidang pemikiran, pada saat yang sama muncul seorang ekonom Inggris, Adam
Smith dengan karyanya Inquiry into the nature and causes of the wealth nations
(1776). Dalam buku tersebut, Adam Smith menawarkan satu sistem ekonomi yang
akan membawa kesejahteraan masyarakat eropa saat itu yakni sistem ekonomi
liberal. Doktrin utama dari sistem ini adalah menyerahkan semua
keputusan-keputusan ekonomi kepada pasar dengan membongkar atau bahkan menghilangkan
peran negara sedikitpun. Kebijakan ini mulai dilajankan setelah revolusi
Prancis dan perang napoleon sebagai masa hancur-totalnya sisa-sisa sistem
feodal. Turunan dari doktrin diatas termanifestasikan dalam
kebijakan-kebijakan, perdagangan bebas, standarisasi keuangan yang kuat (dengan
emas), pembuatan anggaran belanja yang seimbang, penghapusan subsidi sosial
dll. Singkatnya, sistem ini memulangkan segala persoalan kepada masing-masing
individu dan interaksi yang tidak diatur akan menghasilkan akibat-akibat sosial
yang dicita-citakan.
Begitulah kapitalisme liberal terus berjalan sampai mengalami berbagai
pertentangan internal (anomali) antar negara kapitalis itu sendiri yang
kemudian mengakibatkan meletusnya perang dunia I pada tahun 1914-1918 antara
kekuatan negara kapitalis baru (Jerman, Jepang dan perancis) dengan negara bos
kapitalis Inggris. Akibat dari Perang Dunia I tersebut adalah perubahan besar
mengenai pembagian koloni-koloni tanah jajahan yang menguntungkan negara yang
menang perang.
Ketiga, Fase Kapitalisme Lanjut (1914-1945). Fase ini ditandai dengan peristiwa
bergesernya dominasi modal dari belahan dunia Eropa ke negara adi daya baru
Amerika Serikat yang dilatarbelakangi oleh hancurnya sistem ekonomi Eropa
akibat perang yang berkepanjangan yang mengakibatkan terjadinya krisis
besar-besaran dihampir negara kapitalis Eropa, terutama Inggris yang pada
awalnya sebagai negara kapitalis Eropa terkaya. selain itu ada tiga momentum
besar di dunia internasional saat itu, yakni terjadinya perang dunia pertama,
munculnya perlawanan dari dunia terjajah (Asia-Afrika) terhadap praktik
imperialisme kolonialisme yang telah berjalan cukup lama, dan suksesnya
revolusi Bolsevik 1917 di Rusia yang menghancurkan sistem feodalisme kaesar
Tsar saat itu. Dari ketiga momentum inilah beberapa negara kapitalis Eropa dan
Amerika mengalami greet depression atau depresi ekonomi dunia besar-besaran.
Dari kejadian itulah dunia mengalami resesi ekonomi, harga-harga saham wall
street jatuh pada harga yang terendah dalam sejarah dan meningkatnya jumlah
penganguran secara drastis. Dari peristiwa diatas, negara-negara kapitalis saat
itu mulai merubah kebijakan ekonominya dari sistem liberalis yang tidak
memberikan ruang jaminan sosial sedikitpun kepada masyarakat pada sistem
ekonomi negara kesejahteraan (walfare state).
Sebenarnya perubahan sistem kapitalisme saat itu bukan hanya sekedar memberikan
hak-hak rakyat yang selama ini terampas oleh keserakahan kaum kapitalis
sebagaimana alasan diatas, akan tetapi lebih mendasar dari itu adalah
kapitalisme saat itu ingin menyelamatkan dirinya sekaligus merancang sistem
ekonomi kapitalis yang lebih kuat–yang fenomena historisnya kita temukan pada
akhir dekade 1970-an atau yang lebih dikenal dengan istilah kapitalisme
neo-liberal–dari ancaman fenomena sosial baru (kegandrungan kepada sistem
sosialialis) setelah suksesnya revolusi bolisevik di Rusia. Tawaran paket
menarik yang berupa sistem dan jaminan kesejahteraan sosial dari negara-negara
kapitalis Eropa dan AS saat itu antara lain program redistribusi kekayaan,
penyediaan fasilitas umum, subsidi pendidikan, kesehatan, perumahan dan jaminan
perawatan pribadi diluncurkan.
Pada periode inilah dimulai kembalinya peran negara yang tidak hanya sebagai
penjamin kesejahteraan pasca perang, akan tetapi lebih dari itu negara dituntut
untuk menjadi pemain kunci dalam perekonomian global. Dari doktrin itulah
nasionalisasi besar-besaran terhadap aset-aset industri diterapkan. tawaran
sistem baru ini dilounching oleh John Maynard Keynes, seorang pemikir ekonomi
besar dari Inggris. tepatnya pada dekade 1930-an. Keynes meyakini persoalan
resesi ekonomi dunia dapat diselesaikan kalau pemerentah melakukan intervensi
terhadap perekonomian untuk menciptakan kondisi full employment sebagai suatu
yang secara ialmiah tidak dimiliki oleh pasar. model kebijakan yang seperti
inilah kemudian ngetrend dalam sistem ekonomi dunia yang tidak hanya diterapkan
oleh negara-negara kapitalis akan tetapi juga negara-negara berkembang yang
baru merdeka. karena negara dipercaya mampu memecahkan kontradiksi pasar dan
sebagai aktor yang mampu mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan ekonomi. wacana
dan praktek sistem walfare state hanya berjalan sampai pada dekade 1970-an
akhir awal 1980-an ketika kapitalisme internasional mengalami resesi ekonomi
dunia kedua kalinya.
Munculnya aliran Kapitalisme Neo-Liberal atau kanan baru (1979- Now) merupakan
tawaran solusi dari sistem walfare state yang mengalami kontradiksi pasar
diatas. Adalah Friedrich Van Hayek, seorang profesor di Universitas Chicago
sejak 1940-an, yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya Milton Friedman di
universitas yang sama. menawarkan solusi kembali pada sistem ekonomi
neo-klasik. dari sinilah embrio dari neo liberalism. wacana neo-liberal dalam
sistem ekonomi kapitalisme pada masa ini menyebar dengan cepat. keberhasilan
mereka mengembangkan gagasan neo-liberalism dalam sisitem ekonomi didukung oleh
kuatnya jaringan internasional yang melibatkan berbagai yayasan, institut,
pusat penelitian, penerbitan, ilmuwan, penulis, dan ahli ilmu hubngan
masyarakat membuat gagsan tyersebut cepat meneyebar dan menjadi begitu populer
sampai menjadi kultural hegemoni yang kemudian lebih dikenal dengan istilah
kanan baru. Awal pertama kali praktek kebijakan neo-liberalism dalam sistem ekonomi
internasional terjadi pada tahun 1979, ketika Margareth Thatcher menjadi
perdana menteri Inggris.
Di Eropa aliran di atas ,diimplementasikan untuk pertama kalinya oleh PM.
Margaret Thatcher. kebijakan pertama yang diambil setelah menduduki posisi PM Inggris
adalah penghapusan kewajiban negara untuk memikul tanggungjawab terhadap
rakyatnya yang berupa subsidi negara terhadap rakyat. dan memangkas secara
radikal subsidi-subsidi sosial. Sebagai gantinya pemerintah lebih mementingkan
pelayanan terhadap swasta, melakukan pemotongan pajak, menjalankan program
privatisasi swastanisasi dan liberalisasi, menghilangkan pengawasan terhadap
penyiaran , telekomunikasi, transportasi, dan membabad habis seluruh serikat
buruh.
Di Amerika, pada saat yang sama kaum republiken memenangkan pemilunya yang
kemudian menaikkan Ronald Reagen sebagai Presiden AS menggantikan Jimmy Carter.
pada saat inilah pengadopsian neo-liberalisme di Amerika sebagai sistem ekonomi
mulai diterapkan. rezim ini sangat meyakini teori-trickle down effect yang
mengklaim bahwa si kaya mendapatkan insentif seperti membayar pajak
murah/rendah, maka mereka akan lebih giat dalam berwirawasta dan pada
gilirannya mereka akan banyak menciptakan pertumbuhan peluang dan lowongan
kerja. sederhanya, jika industri diserahkan ke Swasta maka akan lebih efisien
dan menekan pengeluaran pemerintah untuk pembayaran tunjangan sosial.
Dengan bekal teori di atas Reagen melakukan deregulasi ekonomi yang telah
dirintis oleh Carter tahun 70-an. Kontrol atas harga minyak dicabut, aturan
mengenai transportasi kereta api, industri minyak dan gas serta penyiaran
diperlonggar. dengan mengikuti langkah Tathcher, Reagen membatasi kekuatan
serikat buruh. setelah itu, gelombang neo-liberalisme segera menyebar ke hampir
seluruh dunia yang meliputi: amerika latin, asia timur, India, sampai hampir
seluruh negara Afrika. negara yang memulai pertama kali setelah Inggris dan
Amerika adalah negara-negara dominion Inggris seperti Australia, pada Paul
keating, Kanada, New Zeeland, Chili, Argentina, Brazil, jerman, Itali, Prancis,
hingga Zambia dan Tanzania.
Kuatnya daya dorong kapitalisme ini membuat partai-partai yang pada awalnya
memiliki platform politik yang lebih dekat ke kiri secara perlahan beralih ke
kanan.disinilah dapat disebut pemerintahan toni Blair dari Inggris, Schroder
dari Jerman, Lionel Jospin dari Prancis yang pada awalnya ketiganya berasal
dari partai buruh. tetapi kebihjakannya menganut sistem ekonomi neo liberal
yang kanan. Demikianlah perjalanan sejarah kapitalisme dari awal sampai akhir.
Kalau kita perhatikan dari awal masa perkembangannya kapitalisme memiliki
identifikasi yang khas :
1. Sistem ekonomi kapitalisme mentasbihkan kebebasan individu untuk melihat
alat-alat produksi dan modal, bukan oleh negara atau yang disebut dengan Hak
Individu (individual ownwrship).
2. Ekonomi Pasar (market economy) pereknomian pasar berdasar pada prinsip
spesialisasi kerja dan hal itu tidak diatur oleh siapapun kecuali kondisi pasar
itu sendiri.
3. Persaingan (competition) sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya
ekonomi pasar
4. Keuntungan (profit) prinsip keuntungan.
B.
SOSIALISME-KOMUNISME
Pada awalnya, sosialisme dan komunisme mempunyai arti yang sama, tetapi
akhirnya komunisme lebih dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal. Ada
beberapa unsur yang terdapat dalam sosialisme, diantaranya dengan mewujudkan
protes dan penolakan terhadap ketimpangan sosial. Dalam jaman renaissance dan
Reformasi muncul protes terhadap ketimpangan dalam kemakmuran, dalam revolusi
kaum puritan di abad 17 di Inggris, berbarengan dengan gerakan utama yang
berasal dari kaum menengah, tampil sebuah kelompok radikal yang disebut “para
penggali” atau para “pemerata sejati” (true leveres). Mereka berjuang untuk
mempraktekkan prinsip pemilikan tanah secara komunal dan bukan menyangkut
penggunaanya.
Unsur lain yang terdapat dalam sosialisme yaitu, protes terhadap prinsip Cash
nexus bahwa uang merupakan ikatan utama antar manusia tidak terbatas pada
tradisi sosial saja. Sejauh sosialisme mengandung dalam dirinya unsur-unsur
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sosialisme sudah setua peradaban barat.
Pemikiran Yunani maupun Yahudi-Kristen masing-masing menolak kekayaan sebagai
landasan kehidupan yang bahagia.
Tetapi kalau kita melihat sesuatu yang lebih konkrit dalam sejarah, akan
ditemukan bahwa sosialisme sebagai gerakan yang efektif dan terorganisir
merupakan produk dari revolusi industri (184
di
Inggris. Pada tahun 1820-an dan 1830-an di Inggris dan Prancis muncul teori
sosialisme modern, teori yang memusatkan perhatian untuk membebaskan kelas
pekerja industri dari belenggu kapitalisme industri, perubahan dalam organisasi
sosial yang disebabkan oleh industrialisasi inii mengakibatkan munculnya
kesenjangan kelas buruh dan pemodal yang dalam bahasa Marx disebut sebagai
proletar dan borjuis, dan kondisi-kondisi lainnya sehubungan dengan jam kerja
buruh, kesehatan kerusakan lingkungan.

Sosialisme sebagai koreksi total terhadap gejala akses negatif yang ditimbulkan
oleh pertentangan kelas buruh dengan kelas borjuasi. Dalam scenario yang
disusun Marx dan sahabatnya, Engels yang akhirnya menjadi kitab suci bagi
penganut sosialis-komunis dunia. Das Capital (1867) banyak menginspirasikan
gerakan buruh diseluruh dunia. Dikesempatan itulah kaum buruh akan merebut
posisi sebagai pemegang alat produksi.
C.
FASISME
Pasca perang Dunia I (191
di
Italia, sejarah kekuatan Bento Mussolini mula-mula mengenalkan fasisme dengan
gerakan revolusionernya, gerakan bersenjata sebagai jalan untuk menuju tampuk
kekuasaan, disusul kemudian oleh “saudaranya”, Adolf Hitler muda yang menjadi
roh fasisme jerman. Di tangan keduanya lah fasisme muncul sebagai paham
sekaligus gerakan. Fasisme, sebagai ideologi yang dianut sebuah negara, memuat
cirri-ciri sebagai gerakan ideologi yang Totaliter, Nasionalis-Rasialis, dan
mengidolasi pemimpinnya.

Setiap negara yang fasis adalah negara totaliter, yang berkuasa habis-habisan
atas semua gerak hidup masayarakat di dalamnya. Sistem totaliter telah mengatur
sedemikian rupa bagaimana rakyat harus sekolah, bekerja, melakukan aktifitas
ekonomi, mengeluarkan pendapatbahkan dalam berkeluarga dan punya anak. Semuanya
masu dalam bingkai yang telah ditentukan negara. Sebagaimana orasi yang pernah
disampaikan Hitler pada rally-rally kaum Nazi, “kamu bukanlah apa-apa, negaramu
adalah segalanya”.
Suasana pasca Perang dunia I, dimana Jerman dan Italia mengalami kebangkrutan
harga diri dan ekonomi. Jerman setelah menerima kekalahan dalam perang,
terutama dalam perjanjian Versailles, telah memaksanya membayar
perbaikan-perbaikan untuk kerugian pemenag, sementara itu dalam waktu yang
sama, sebagai akibat perang Italia harus menanggung hutang sekitar 95 Juta Lira
diwilayah ini kemudian Munculnya Hitler dan Mussolini bagaikan air sejuk di
siang yang panas, yang melakukan uasaha-usaha untuk meyakinkan rakyat bahwa
kejayaan negara kota Troya di Italia ataupun ras Aria di Jerman mampu memompa
kelesuan rakyat. Dalam konteks ini Nasionalisme sarat dengan Rasialisme.
Implikasi paling nyata dan mengerikan terbunuhnya 6 juta orang Yahudi dari kamp
penampungan dalam kampenya anti semitis yang dikobarkan Hitler.
Baik Hitler maupun Mussolini adalah diktator “di negaranya” masing-masing.
Bukan saja karena mereka punya kharisma dan kualitas kepemimpinan yang luar
biasa dimata rakyatnya, tapi juga karena kaum fasis percaya bahwa kediktatoran
harus ditempuh jika ingin membentuk negara yang kuat.